Saat hari berbilang tujuh belas
Dan bulan terhitung delapan
Anganku terbang mengembara
Pada tujuh puluh tahun yang silam
Ketika para pahlawan yang berani
Dengan denyut berlari
Berteriak sepenuh hati
Merdeka atau mati
Mereka berjuang untuk sebuah kemerdekaan
Mereka berjuang untuk sebuah impian
tentang negeri
Dalam bayangnya Indonesia kan terdepan
Dalam bayangnya Indonesia kan menari
Sepenuh sadar mereka tukar nyawa
Untuk kebebasan anak cucu tercinta
Sepenuh sadar mereka tukar nyawa
Untuk masa depan negeri yang jaya
Lalu anganku kembali lagi
Melihat realita yang terjadi kini
Apakah tidak kita sadari
Begitu banyak masalah yang dihadapi
Di antara baliho – baliho iklan shampoo
Terdapat gelandangan berambut kribo
Di antara lapak – lapak pasar
Ada sujud yang terbentur tiang kasar
Bila masa kampanye datang
Gelandangan tadi mendapat kaos baru
Dengan foto orang berjas di depannya
Lantas dipakai tiap hari bak baju
kebanggaan
Bila masa kampanye datang
Tiang lapak yang biasa kasar
Ditambal poster beraneka warna
Bergambar sepasang lelaki berjas mahal
Kemudian mengalunlah lagu janji
Yang nadanya begitu – begitu saja
Dan liriknya masih seperti yang kemarin
Hanya ditukar penempatan diksinya
Semua berdendang tentang kemakmuran
Kesejahteraan, pendidikan, atau
kemiskinan
Yang memang bukannya salah
Hanya sedikit menggelikan
Anganku kembali menerawang
Seperti inikah negeri impian para
pahlawan?
Wahai Soekarno, Kartini, Bung Tomo
Beginikah balasan untuk perjuanganmu?
Tolong ajari aku melihat dari matamu
Agar bisa ku mengerti perjuanganmu
Agar bisa kuhayati tiap tetes darahmu
Yang jatuh untuk membela ibu pertiwi
Karena nyatanya yang kulihat kini
Bukannya pembangunan yang menjamur
Justru perpecahan melanda negeri
Sampai tak tahu mana kawan mana lawan
Ajari aku melihat dari matamu
Agar jelas olehku bagaimana citamu
Agar jelas olehku bagaimana bayangmu
Tentang
Indonesia yang harusnya jaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar