Minggu, 22 Mei 2016

Ajari Aku Melihat dari Matamu


Saat hari berbilang tujuh belas
Dan bulan terhitung delapan
Anganku terbang mengembara
Pada tujuh puluh tahun yang silam

Ketika para pahlawan yang berani
Dengan denyut berlari
Berteriak sepenuh hati
Merdeka atau mati

Mereka berjuang untuk sebuah kemerdekaan
Mereka berjuang untuk sebuah impian tentang negeri
Dalam bayangnya Indonesia kan terdepan
Dalam bayangnya Indonesia kan menari

Sepenuh sadar mereka tukar nyawa
Untuk kebebasan anak cucu tercinta
Sepenuh sadar mereka tukar nyawa
Untuk masa depan negeri yang jaya

Lalu anganku kembali lagi
Melihat realita yang terjadi kini
Apakah tidak kita sadari
Begitu banyak masalah yang dihadapi

Di antara baliho – baliho iklan shampoo
Terdapat gelandangan berambut kribo
Di antara lapak – lapak pasar
Ada sujud yang terbentur tiang kasar

Bila masa kampanye datang
Gelandangan tadi mendapat kaos baru
Dengan foto orang berjas di depannya
Lantas dipakai tiap hari bak baju kebanggaan

Bila masa kampanye datang
Tiang lapak yang biasa kasar
Ditambal poster beraneka warna
Bergambar sepasang lelaki berjas mahal

Kemudian mengalunlah lagu janji
Yang nadanya begitu – begitu saja
Dan liriknya masih seperti yang kemarin
Hanya ditukar penempatan diksinya

Semua berdendang tentang kemakmuran
Kesejahteraan, pendidikan, atau kemiskinan
Yang memang bukannya salah
Hanya sedikit menggelikan

Anganku kembali menerawang
Seperti inikah negeri impian para pahlawan?
Wahai Soekarno, Kartini, Bung Tomo
Beginikah balasan untuk perjuanganmu?

Tolong ajari aku melihat dari matamu
Agar bisa ku mengerti perjuanganmu
Agar bisa kuhayati tiap tetes darahmu
Yang jatuh untuk membela ibu pertiwi

Karena nyatanya yang kulihat kini
Bukannya pembangunan yang menjamur
Justru perpecahan melanda negeri
Sampai tak tahu mana kawan mana lawan

Ajari aku melihat dari matamu
Agar jelas olehku bagaimana citamu
Agar jelas olehku bagaimana bayangmu
Tentang Indonesia yang harusnya jaya